Ketika berada di persimpangan untuk memilih, perhatikan tanda-tanda.
Berkali-kali sejak masih anak-anak, kita mendengar
pesan ini. Perhatikan rambu lalu lintas, lihat kiri dan kanan. Ada tanda apa
saja di jalan. Semakin dewasa, persimpangan tidak lagi sesederhana belok ke
kanan bila ingin ke warung atau menyeberang bila ingin ke lapangan basket.
Persimpangan menjadi lebih abstrak. Pilihan-pilihan. Apakah perlu melakukan ini
atau tidak, apakah di sini tempatku atau bukan, apakah aku sanggup, apakah ini
pilihan yang tepat? Dalam masa-masa tidak yakin, barangkali tanda-tanda menyampaikan
pesan.
Satu minggu yang lalu, saya ditawari untuk mengisi
seminar parenting di sebuah sekolah playgroup, tempat saya dahulu pernah menjadi
psikolog sekolah selama dua tahun hingga kemudian menyadari bahwa kemampuan
saya di bidang pendidikan anak usia dini masih minim dan tampaknya panggilan
atau passion saya bukan di bidang
ini. Saya lebih tertarik pada perkembangan remaja dan anak usia sekolah.
Saya pernah memberikan sharing kepada orang tua siswa remaja, tetapi sharing kepada orang
tua siswa balita merupakan hal baru bagi saya. Tema seminar parenting ini tentang bonding antara orang tua dan anak
melalui permainan, sebenarnya masih dalam ranah pengetahuan yang bisa saya
bagikan. Apalagi, akhir-akhir ini saya
terpikir ingin memberikan sharing mengenai
pentingnya aktivitas bergerak sejak bayi dan balita, karena didorong rasa gemas
menghadapi klien-klien siswa SD dan SMP yang mengalami kesulitan belajar, yang
sebenarnya hambatan ini bisa dicegah bila anak memperoleh stimulasi yang tepat
selama tumbuh kembangnya (kedua sahabat, Astri dan Dian, mungkin
senyum-senyum membaca ini, teringat obrolan sore di Margonda membahas ide ini,
idealisme, dan niatan lainnya.) Bekal pengetahuannya sudah ada, bersyukur sekali saya
pernah belajar dari Ibu Indun Lestari Setyono dan psikolog-psikolog senior di Biro
Psikologi Dwipayana, serta buku-buku mengenai pentingnya faktor keseimbangan
tubuh pada anak, hanya saja masih menimbang-nimbang, apakah ini saatnya
membagikan pengetahuan ini? Masih belum yakin benar, apakah menyanggupi tawaran dari sekolah tersebut atau menolaknya.
Secara (tidak) kebetulan, saya terlibat dalam obrolan
dengan Ibu Esther dari Jatiasih. Ia sedang menunggu putrinya yang sedang
mengikuti psikotes di biro kami. Sebagai tuan rumah, saya membuka obrolan
dengan beliau yang kemudian berujung dengan cerita pengalamannya mengajar
calistung kepada anak-anak kecil. Ia tidak berlatar pendidikan guru, hanya
berbekal pengalaman otodidak dalam mengajar anak-anak, dan metodenya sangat
efektif. Prinsipnya sederhana: anak perlu mendengar bunyi dengan jelas,
mengucapkannya sehingga ia mendengar suaranya sendiri, dan menuliskannya. Modal
dasar menulis huruf dan angka pun sederhana, yaitu membuat garis lurus,
lengkung, dan lingkaran, karena dari ketiga jenis garis inilah angka dan huruf
terbentuk. Pengetahuan ini membuat saya paham mengapa tes kemampuan visual
motorik anak melibatkan ketiga bentuk garis ini. Pengetahuan-pengetahuan ini
seperti saling tersambung.
Secara (tidak) kebetulan pula, pada hari yang sama saya
menerima tautan yang dikirimkan oleh tante saya, Tante Rina, melalui pesan
Whatsapp. Sebuah postingan dari akun @sharingmama mengenai tips menyikapi
kemarahan anak, bahwa momen ketika anak marah bisa dijadikan kesempatan untuk
mengajak anak mengenali emosi dan reaksi tubuh ketika marah.
Menyadari dua kejadian yang kebetulan, tapi kok,
sepertinya bukan kebetulan, terlintas dalam pikiran saya bahwa mungkin pengetahuan
ini datang bukan semata untuk saya sendiri, melainkan titipan pesan untuk
disampaikan kepada orang lain yang akan lebih membutuhkannya. Kepada siapa dan
kapan waktu yang terdekat, kalau bukan kepada peserta seminar parenting?
Ah, jadi ini, ya, tandanya. Bahwa saya perlu menjawab
kesempatan ini, untuk meneruskan pesan yang sudah sampai kepada saya. Saya
tidak tahu, kelak pesan ini menjadi tanda apa bagi yang menerimanya, termasuk
pesan dalam tulisan yang saat ini Anda baca.
Saya rasa, tiap-tiap kita adalah penyampai pesan, dan jangan-jangan,
tanda-tanda selalu tersedia, hanya soal apakah kita menyadari atau tidak.
Ada pesan luhur yang mengalir sepanjang hidup kita.
Ada pesan luhur yang mengalir sepanjang hidup kita.