Ada percakapan seorang manusia dengan Tuhan*.
Manusia
: Aku selalu diajari untuk takut kepada Tuhan.
Tuhan
: Aku tahu. Dan sejak itu hubunganmu dengan-Ku menjadi lumpuh. Hanya dengan
berhenti merasa takut kepada-Ku, kamu akan dapat menciptakan relasi yang
berarti dengan-Ku. Kamu harus bebas dari rasa takut sehingga kamu dapat
memiliki keberanian untuk memasuki pengalamanmu sendiri tentang Tuhan.
Apakah kita juga takut kepada Tuhan? Saya hampir yakin 100%
bahwa kita pernah diajarkan demikian. Maka saya pribadi sesungguhnya terkejut
membaca cuplikan percakapan di atas. Seperti membalik logika berpikir. Rasa takut membuat hubungan manusia dengan
Tuhan menjadi lumpuh. Tapi... ya, masuk akal juga. Ketika takut, bukankah
kita biasanya menjauhi sosok yang kita takuti itu? Atau malah membuat kita
melakukan ajaran-Nya dengan terpaksa?
Masuki pengalamanmu
sendiri tentang Tuhan. Seperti apakah ini? Ini spiritualitas. Bukan hal
yang mudah untuk dijelaskan dengan kata-kata. Spiritualitas dapat berwujud rasa
syukur yang meluap. Spiritualitas memberi rasa damai. Spiritualitas memberi
kita pemahaman tentang keberadaan kita di antara makhluk ciptaan-Nya, yang
turut memiliki peran dalam jaring-jaring kehidupan.
Barangkali ada yang bertanya, apa pentingnya spiritualitas?
Pertanyaan ini sesungguhnya sama seperti mempertanyakan apa perlunya mengalami
kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Daripada berusaha membayangkan hidup tanpa Tuhan,
lebih baik kita ingat kembali segala hal yang bisa kita perbuat dalam hidup ini
karena rahmat-Nya. Dan lebih banyak lagi pekerjaan besar yang mampu dilakukan
oleh mereka yang tidak takut pada-Nya; mereka yang membiarkan dirinya menjadi saluran rahmat. Pernah
dengar tentang Mattie Stepanek? Sejak lahir ia mengalami penyakit langka sehingga memerlukan bantuan
kursi roda dan tabung oksigen. Hidupnya singkat, tetapi ia telah memberkati
ribuan orang melalui pesan hidup yang disampaikannya. Dalam salah satu acara talkshow,
Mattie berkata, “Saya benar-benar menyadari bahwa saya ada di dunia ini untuk
suatu tujuan.”
Ketika kita mau digerakkan oleh Tuhan, kita akan takjub
dengan seberapa besar peran yang bisa kita berikan kepada sesama.
Alami bahwa Tuhan sungguh dekat. Ia ada di dalam kita setiap saat.
Kita bisa mulai dengan mensyukuri setiap berkat, sampai berkat yang
sekecil-kecilnya atau hal yang tampak sepele. Kadangkala kita pun mengalami
bahwa Ia menuntun kita melalui keputusan yang kita pilih.
Jadi, tidak perlu takut “ngobrol” dengan Tuhan. Kita bisa mengontak-Nya kapan pun! Tanpa perlu mention, nge-twit, BBM, whatsapp, line, atau nge-PING! Dia tidak jauh, Dia dekat.
*dikutip dari buku Conversations with God 3
0 responses:
Posting Komentar