Pekik kegirangan itu
mengejutkanku. Bukan, bukan dari seorang anak kecil. Suara itu berasal dari
seorang paruh baya, yang usianya hampir mendekati usia ibuku. Apa sebab? Beliau
baru saja berhasil menuangkan pikirannya ke dalam baris-baris paragraf.
Mundur ke beberapa menit
sebelumnya, ada semburat sayu pada matanya. Lelah, sudah pasti. Jenuh, apalagi.
Itu akumulasi perjalanan penelitiannya 3 tahun terakhir. Kini, ia sudah ada di
penghujung. Sebagai hiperbolis, bolehlah kusebut tinggal sejengkal lagi menuju
gelar doktornya.