01 Februari 2015

PK, sepotong resensi

Kehilangan barang berharga. Ke mana akan mencarinya? Orang-orang di sekitar, tidak melihat. Pusat informasi, apabila kehilangannya terjadi di tempat umum, tak memberi kabar. Bagian keamanan atau polisi, tidak juga menemukan. Orang pintar alias cenayang, barangkali? Tak berhasil. Ke mana akan mencarinya?

“Tanyalah pada Tuhan.” “Hanya Dia yang bisa memberi jawaban.” Ada pula yang tertawa nyinyir, “Hahaha… Mana kutahu? Berdoa saja.”

Sekarang, kata “barang berharga” bisa kauubah, misalnya dengan “uang”, “kesehatan ginjal”, “penglihatan”, “keceriaan anak”, “kasih sayang orangtua”, “kekasih”, “kekuasaan”, “pekerjaan”, “tempat tinggal”, “harapan”, dan lain sebagainya yang bernilai untukmu, lalu tanyakan kembali pertanyaan di atas. Apakah juga akan berujung pada saran serupa?


Barang berharga itu juga remote control yang bisa membawa PK (Peekay) pulang ke planet asalnya. Sebagai alien yang baru mendarat di bumi, lalu remote penghubung ke pesawatnya diambil pencopet, pencarian remote control mengantarkannya juga pada jawaban dan saran di atas.

Ketika manusia tidak bisa diandalkan dan tidak lagi bisa memberi solusi, ketika masalah tampak tak masuk akal, berpalinglah kita pada-Nya. Keberadaan Tuhan menjadi harapan bagi manusia. Harapan dan sumber jawaban.

Berangkatlah PK ke New Delhi untuk mencari Tuhan. Keluar-masuk kuil, mesjid, gereja, dsb justru semakin membuatnya bingung, karena ada bermacam-macam versi Tuhan. Tuhan berbagai wujud. Tuhan dengan korporasi dan manajernya masing-masing. Termasuk juga aturannya masing-masing. Termasuk juga stereotipnya masing-masing. Lalu, Tuhan yang mana yang (harus) ia percaya? Melakukan ritual semua agama –ya, semua agama- setiap hari tidak juga membawanya pada jawaban tentang remote control-nya. Apa ada yang salah?

*

Ada seorang bapak meminta kesembuhan untuk istrinya melalui perantara “manajer” yang tadi disebutkan. Manajer itu, yang mengatakan bahwa ia memperoleh jawaban Tuhan, menyarankan agar bapak itu pergi ke pegunungan X yang jauhnya ribuan mil untuk berdoa di sebuah kuil di sana. Coba cermati baik-baik, apakah itu jawaban dari Tuhan? Bukankah Dia Yang Maha Penyembuh tentulah akan menganjurkan bapak itu pulang dan merawat istrinya dengan sungguh-sungguh dan tidak memintanya meninggalkan istrinya lalu pergi ke belahan bumi yang lain? Apa ada yang salah dengan saran “manajer” tadi?

*

Ada hal-hal yang sulit masuk dalam logika PK. Ia pun bertanya-tanya apa yang membuat manusia mau melakukan semua ritual yang ditetapkan agama. Ia melakukan eksperimen, meletakkan sebongkah batu, yang ditandai cat berwarna merah sehingga menyimbolkannya sebagai batu yang disucikan, beserta beberapa uang koin, di pinggir jalan dekat pintu masuk sebuah kampus. Hari itu ujian semester. Hari yang penuh ketegangan bagi para mahasiswa. Eksperimen PK berhasil. Para mahasiswa yang melewati batu itu, menyempatkan diri untuk bersujud di depan batu, berdoa dengan khusuk selama beberapa saat, dan menaruh uang di sana. Jadi, apakah rasa takut yang mendorong manusia melakukan ritual agama? Apakah rasa takut yang mendasari iman seseorang? Jika memang rasa takut, apakah ada yang salah?

*

Bisa jadi cuplikan-cuplikan ini mengusik sebagian kita sehingga tak sabar ingin melontarkan pertanyaan, “Kalau begitu, seperti apakah yang benar?”

“Mana (Tuhan) yang benar itu?”, tantang seorang pemimpin agama kepada PK.

PK menjawab, hanya ada 2 Tuhan.

*

Jika ada kesempatan dan penasaran dengan jawabannya, tonton, deh, film PK ini J





0 responses: