Kehilangan barang berharga.
Ke mana akan mencarinya? Orang-orang di sekitar, tidak melihat. Pusat
informasi, apabila kehilangannya terjadi di tempat umum, tak memberi kabar.
Bagian keamanan atau polisi, tidak juga menemukan. Orang pintar alias cenayang,
barangkali? Tak berhasil. Ke mana akan mencarinya?
“Tanyalah pada Tuhan.”
“Hanya Dia yang bisa memberi jawaban.” Ada pula yang tertawa nyinyir, “Hahaha…
Mana kutahu? Berdoa saja.”
Sekarang, kata “barang
berharga” bisa kauubah, misalnya dengan “uang”, “kesehatan ginjal”,
“penglihatan”, “keceriaan anak”, “kasih sayang orangtua”, “kekasih”,
“kekuasaan”, “pekerjaan”, “tempat tinggal”, “harapan”, dan lain sebagainya yang
bernilai untukmu, lalu tanyakan kembali pertanyaan di atas. Apakah juga akan berujung
pada saran serupa?
Barang berharga itu juga remote control yang bisa membawa PK
(Peekay) pulang ke planet asalnya. Sebagai alien yang baru mendarat di bumi,
lalu remote penghubung ke pesawatnya
diambil pencopet, pencarian remote
control mengantarkannya juga pada jawaban dan saran di atas.
Ketika manusia tidak bisa
diandalkan dan tidak lagi bisa memberi solusi, ketika masalah tampak tak masuk
akal, berpalinglah kita pada-Nya. Keberadaan Tuhan menjadi harapan bagi
manusia. Harapan dan sumber jawaban.
Berangkatlah PK ke New Delhi
untuk mencari Tuhan. Keluar-masuk kuil, mesjid, gereja, dsb justru semakin
membuatnya bingung, karena ada bermacam-macam versi Tuhan. Tuhan berbagai
wujud. Tuhan dengan korporasi dan manajernya masing-masing. Termasuk juga
aturannya masing-masing. Termasuk juga stereotipnya masing-masing. Lalu, Tuhan
yang mana yang (harus) ia percaya? Melakukan ritual semua agama –ya, semua
agama- setiap hari tidak juga membawanya pada jawaban tentang remote control-nya. Apa ada yang salah?
*
Ada seorang bapak meminta
kesembuhan untuk istrinya melalui perantara “manajer” yang tadi disebutkan. Manajer
itu, yang mengatakan bahwa ia memperoleh jawaban Tuhan, menyarankan agar bapak
itu pergi ke pegunungan X yang jauhnya ribuan mil untuk berdoa di sebuah kuil
di sana. Coba cermati baik-baik, apakah itu jawaban dari Tuhan? Bukankah Dia
Yang Maha Penyembuh tentulah akan menganjurkan bapak itu pulang dan merawat
istrinya dengan sungguh-sungguh dan tidak memintanya meninggalkan istrinya lalu
pergi ke belahan bumi yang lain? Apa ada yang salah dengan saran “manajer”
tadi?
*
Ada hal-hal yang sulit
masuk dalam logika PK. Ia pun bertanya-tanya apa yang membuat manusia mau melakukan
semua ritual yang ditetapkan agama. Ia melakukan eksperimen, meletakkan
sebongkah batu, yang ditandai cat berwarna merah sehingga menyimbolkannya
sebagai batu yang disucikan, beserta beberapa uang koin, di pinggir jalan dekat
pintu masuk sebuah kampus. Hari itu ujian semester. Hari yang penuh ketegangan
bagi para mahasiswa. Eksperimen PK berhasil. Para mahasiswa yang melewati batu
itu, menyempatkan diri untuk bersujud di depan batu, berdoa dengan khusuk
selama beberapa saat, dan menaruh uang di sana. Jadi, apakah rasa takut yang
mendorong manusia melakukan ritual agama? Apakah rasa takut yang mendasari iman
seseorang? Jika memang rasa takut, apakah ada yang salah?
*
Bisa jadi cuplikan-cuplikan
ini mengusik sebagian kita sehingga tak sabar ingin melontarkan pertanyaan, “Kalau
begitu, seperti apakah yang benar?”
“Mana (Tuhan) yang benar
itu?”, tantang seorang pemimpin agama kepada PK.
PK menjawab, hanya ada 2
Tuhan.
*
Jika ada kesempatan dan
penasaran dengan jawabannya, tonton, deh, film PK ini J
0 responses:
Posting Komentar