Pernah ada masanya
manusia bergerak tanpa batas. Dimudahkan menyeberang kota, melintasi benua.
Oleh satu orang saja,
bisa tercipta lima atau tujuh lebih perjalanan. Ia berkendara ke kantor,
memesankan ikan bakar delivery untuk ibunya
di rumah, memesankan mobil penjemput untuk anaknya, berbelanja minyak sayur
secara online, mengirim paket buku yang
dititip kawan di luar kota, kemudian memanfaatkan tiket promo penerbangan ke Bangkok
esok lusa. Semua perjalanan ini bisa terjadi dalam waktu hampir bersamaan.
Andaikan kesibukan di
atas terjadi dalam waktu satu jam pada satu orang, bayangkan mobilisasi yang
terjadi dalam satu hari oleh katakanlah satu juta orang yang menempati satu
kota. Lalu kita multiplikasi dengan jumlah kota sibuk yang ada di bumi ini.
Seperti semrawut?
Mungkin.
Pernah ada masanya
manusia bergerak tanpa batas, dalam pikirannya. Memikirkan ini itu, persiapan
nanti dan kelak, mengingat yang sudah dan lampau, menghitung waktu yang segera
dan harus. Semua pemikiran ini bisa terjadi dalam waktu hampir bersamaan. Belum
lagi emosi yang menghentak, menarik, dan mengguncang. Bayangkan mobilisasi
impuls saraf dalam otak manusia, kita.
Seperti berat, lelah,
jenuh? Mungkin.
Pernah ada masanya manusia
dibatasi ruang geraknya. Berdiam saja dulu, tunggu dulu, sabar dulu. Tunggulah
di dalam. Ibarat penjinak bom, alam sedang mengurai, memilah, memutus
kabel-kabel yang semrawut di luar sana. Mengutip tulisan seorang pastor di
Wuhan yang beredar di grup media sosial beberapa hari lalu, “Semakin sedikit
orang berada di jalan, hanya ada beberapa mobil yang berseliweran, udara
semakin segar, kabut hilang, langit semakin cerah. Orang yang belum membaca
selama bertahun-tahun akhirnya meraih buku di rumah. Orang tua berkomunikasi
dengan anak-anak mereka.”
Pernah mendengar
pandangan mikrokosmos dan makrokosmos? Dalam konteks hubungan manusia dan alam
semesta, mikrokosmos adalah manusianya dan makrokosmos adalah alam, planet,
bintang, galaksi (pembaca yang lebih paham, silakan mengoreksi saya). Keduanya
memiliki koneksi yang erat sehingga apa yang terjadi di makrokosmos akan dirasakan
dan berdampak pada mikrokosmos, begitu pula apa yang terjadi di mikrokosmos
akan berdampak pada makrokosmos. Apa yang semrawut di luar, mungkin cerminan
yang semrawut di dalam. Eckhart Tolle menyebutnya, "You are not IN the universe, you ARE the universe, an intrinsic part of it."
Pernah ada masanya manusia
dibatasi sementara. Diajak untuk #dirumahaja. Ajakan yang bisa dimaknakan
#kembalikedalam memeriksa, mengurai, memilah yang penting dan tak penting, memutus
pikiran yang membebani, membenahi hal-hal yang selama ini ditunda, menghirup
udara segar, memperhatikan yang sering terlewat begitu saja. Apa yang
menyehatkan di alam mikro, menyehatkan di alam makro.
0 responses:
Posting Komentar