18 April 2020

Bertukar Cerita dengan Eyang


Anak-anak bisa mengasah kecakapan sosial mereka melalui percakapan dengan kakek dan nenek.
Masa “sekolah di rumah” diperpanjang. Apakah ini berita menyenangkan atau kurang menyenangkan untukmu? Pasti jawabannya beragam. Ada yang senang karena punya banyak waktu lebih lama bersama ayah bunda, bisa bermain dengan kakak dan adik, atau bisa bangun lebih siang, barangkali. Ada juga yang tidak senang, karena mungkin bosan di rumah, sering rebutan barang dengan adik, banyak tugas tambahan, dan tidak bisa bertemu teman. Apalagi kalau sudah punya teman dekat, yang kalau di sekolah selalu main bareng dengan mereka, ngobrol bareng, jajan bareng, olahraga bareng, sampai tiktok-an bareng juga.
Walaupun tidak bisa bertemu langsung dengan teman, anak-anak jaman sekarang dimudahkan dengan teknologi. Kamu tetap bisa bercerita dan ‘mabar’ (main bareng) dengan teman via internet. Ada media sosial, game online, videocall, dsb. Kesempatan untuk bercanda, bertukar kabar, dan bermain dengan teman merupakan salah satu hiburan pada masa isolasi ini.
Disadari atau tidak, kamu belajar banyak tentang kecakapan sosial melalui pertemanan, di antaranya berkomunikasi, bersabar mengantri, berempati dan peduli terhadap teman yang kesusahan, menghadapi konflik atau pertengkaran dengan teman, dan mencari penyelesaian masalahnya. Lalu, selama masa isolasi di rumah, apakah keterampilan sosial ini akan menurun karena tidak bertemu dengan teman sebaya? Belum ada jawaban pasti dari ahli psikologi mengenai hal ini, namun mereka berpendapat bahwa kecakapan sosial anak tidak akan berkurang jauh.
Anak dan remaja masih bisa bersosialisasi dengan orang tua, kakak, adik, juga teman secara daring. Saya mengutip pernyataan Jen Blair, seorang psikolog klinis, kepada Insider, bahwa justru anak-anak mampu resilien. Resilien artinya lentur beradaptasi pada situasi sulit. Coba, deh, bayangkan karet yang lentur, bisa ditarik sekencang mungkin dan kembali ke bentuk semula tanpa putus. Kamu juga bisa lentur dan berhasil melalui masa sulit, asalkan tetap mau belajar, ya!  
Kamu bisa belajar dari Eyang
Bagi yang masih punya kakek dan nenek, adakah yang pernah videocall, menelepon atau mengobrol dengan beliau selama masa isolasi ini? Ketika sudah terlalu sering mendengar dan menonton video selebgram, bagaimana kalau kamu seolah-olah menjadi youtuber yang mewawancara kakek atau nenekmu dengan 5 pertanyaan?
Hah, wawancara eyang, apa asyiknya? Ets, jangan kaget dulu. Ini akan menyenangkan karena kamu bisa belajar dari seseorang yang usianya empat atau lima kali lipat usiamu, yang pasti sudah punya banyak sekali pengalaman. Kamu bisa bertanya tentang pengalaman eyang menghadapi teman yang bikin bete, misalnya.
Supaya bisa menelepon atau videocall bersama eyang dengan nyaman, pilih tempat yang tenang untuk mengobrol cukup lama. Katakan kepada eyang untuk minta waktunya menjawab 3 atau 5 pertanyaan. Sesuaikan juga dengan kondisi fisik eyang, ya.
Tidak semua eyang bisa langsung bercerita, kadang eyang bingung cerita dari mana. Kamu bisa mulai dengan meminta eyang menceritakan tentang kedua orang tuanya. Berikutnya, bisa menanyakan pertanyaan seperti ini.
·         Siapa nama lengkap Eyang? Apakah Eyang punya nama panggilan waktu kecil?
·         Apakah Eyang pernah belajar alat musik, seperti apa belajarnya?
·         Bagaimana caranya supaya bisa memiliki teman-teman baik?
·         Apakah dulu Eyang diberi aturan tentang berpacaran?
·         Apakah Eyang pernah dihukum waktu kecil?
·         Apa pelajaran favorit Eyang di sekolah?
·         Apa pekerjaan pertama Eyang?

Respon eyang bisa berbeda-beda ketika mendapat pertanyaan ini. Dengarkan dulu segala cerita dan pesannya. Secara umum biasanya eyang akan senang ditanya, tetapi jika ada hal yang menyinggungnya, segera sampaikan maaf. Dari pengalaman ini, kamu juga sambil latihan bertutur kata yang sopan, memahami sudut pandang eyang, dan memberi tanggapan atau komentar dalam percakapan.
Sedikit informasi, hasil penelitian Marshall Duke dan Robyn Fivush dari Emory University menyebutkan bahwa anak dan remaja yang mempunyai banyak pengetahuan tentang sejarah keluarganya, menampilkan kepercayaan diri yang tinggi dan jarang mengalami kecemasan ketika menghadapi masalah.
Kegiatan bertukar cerita dengan eyang ternyata memberikan banyak bonus manfaat untukmu, yaitu mendapat pesan berharga dari pengalaman eyang, melatih keterampilan berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, menambah pengetahuan tentang sejarah keluarga, dan bisa meningkatkan kepercayaan dirimu. Kecakapan sosialmu bisa tetap diasah selama masa isolasi ini. Selamat mencoba, ya! Apabila kamu dan orang tuamu ingin melihat contoh percakapannya, bisa menonton video 57 Years Apart – A Boy and a Man Talk About Life.

(ditulis untuk www.kembalikeakar.com)

Referensi:
Fivush, Robyn., Duke, Marshall., & Bohanek, Jennifer G. 2010. “Do You Know…” The power of family history in adolescent identity and well-being. https://ncph.org/wp-content/uploads/2013/12/The-power-of-family-history-in-adolescent-identity.pdf
Lauber, Rick. 100 Questions to Ask Grandparents. https://homecareassistance.com/blog/questions-ask-elderly-grandparents

Miller, Anna Medaris. 2020. Experts say kids' social skills 'aren't going to fall apart' during a short-term coronavirus lockdown, but it's unclear what might happen after that. https://www.insider.com/will-kids-be-developmentally-delayed-from-social-isolation-coronavirus-2020-3

Stasova, L. & Krisikova, E. 2014. Relationships between children and their grandparents and importance of older generations in lives of todays’families. EDP Sciences. https://www.shs-conferences.org/articles/shsconf/pdf/2014/07/shsconf_shw2012_00044.pdf

0 responses: