27 Agustus 2012

Apa idemu?

Ketika diminta mengajukan ide, manakah yang sesuai dengan dirimu? Spontan melontarkan ide yang terlintas. Menerawang ke langit-langit lalu mencari-cari ide hingga ke sudutnya. Atau, menyimpan ide itu sambil bertanya dalam benak...kasih tau ga, yaa?? Haha..mungkin kamu tertawa membaca respon ini.

Kadangkala kita dihadapkan pada pilihan untuk berbagi atau menyembunyikan apa yang dimiliki. Bisa jadi kita berpikir bahwa berbagi dapat merugikan. Terlebih soal ide kreatif. Jangan sampai orang lain menjiplak atau mengakui ide kita sebagai karyanya. Jangan sampai orang lain lebih hebat daripada kita. Lantas kita memutuskan tidak memberikan ide yang dibutuhkan. Lah, tapi kalau ide itu disimpan diam-diam, apa manfaatnya?

Sekarang mari kita bayangkan dunia yang penuh dengan orang-orang hebat. Semua kemampuan hebat tersedia pada suatu masa. Kejeniusan Albert Einstein, kemahiran basket Michael Jordan, kreativitas J.K.Rowling, bahkan kecanggihan teknologi Iron Man, dan setiap kehebatan lain yang mungkin ada yang dimiliki masing-masing orang. Tiap orang dengan kehebatan khasnya sendiri. Bahkan kehebatan fiktif bisa saja menjadi nyata dalam imajinasi kisah ini. Kemudian semua tokoh hebat dikumpulkan dalam konferensi besar untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi bumi. Akankah mereka menyimpan ide kreatif masing-masing atau justru membagikannya?


Seandainya mereka menyimpan ide masing-masing, hasilnya pastilah NOL besar. Masalah tak terpecahkan. Sehebat apapun, jika kehebatan itu tidak dibagikan, tidak akan menghasilkan apa-apa, bukan? Barangkali J.K.Rowling tidak semahir Albert Einstein dalam menganalisa relativitas energi, tetapi ia ahli menciptakan tokoh cerita. Masing-masing memiliki bakat spesial dan mereka berperan sesuai kemampuan terbaik yang dimiliki. Bukankah itu yang menjadikan mereka luar biasa, ya? Jika mereka hanya menyimpan keahliannya untuk dinikmati sendiri, apakah mungkin bisa menginspirasi banyak orang hingga sekarang ini?

Lalu, perlukah mengkhawatirkan ide kita “diambil” orang lain? Sama sekali tidak perlu. Mengapa harus khawatir? Kita adalah pribadi kreatif, diciptakan serupa dengan Allah Sang Pencipta yang Mahakreatif. Sekali kita memberikan ide, pasti kita bisa memberikannya lagi untuk kedua kali, ketiga kali, dan seterusnya. Tak akan pernah habis akal, karena kita memiliki Sumber yang hebat.

Memang, sih, ketika ide yang kita lontarkan diambil dan diakui sebagai milik orang lain tanpa seijin kita, ada rasa kesal. Ya, penulis pernah mengalaminya, lebih dari sekali. Tetapi kemudian saya justru senang. Bukankah ini seperti ajang mengasah kreativitas diri? Ketika ide kita digunakan orang lain, artinya bagus, dong. Ide tersebut memiliki nilai manfaat. Selanjutnya saya dapat terus menghasilkan dan menyempurnakan ide berikutnya. Dan bukankah yang terutama adalah manfaat ide tersebut untuk kepentingan bersama? Tidak perlu bersaing dengan orang lain. “Tak peduli siapa yang melaksanakan,” pesan seorang pelatih, “berorientasilah pada hasil.” Hidup bukanlah “untuk mendapatkan” sesuatu. Hidup untuk “memberikan” sesuatu. “Sukses” akan diukur dari berapa kali kamu membuat orang lain mendapatkan sesuatu (Walsch dalam Conversations with God, 1997).

Jadi, kalau kamu dimintai ide, sambutlah dengan senang hati.

0 responses: