10 Maret 2018

inatentif dan egosentris




Inatentif dan egosentris. Perpaduan yang bisa membuat seseorang sulit bersosialisasi, dalam arti ia sulit memahami lingkungannya, dan ia sulit diterima dalam pergaulan.

Apa, sih, inatentif itu? Sederhananya, tidak memperhatikan. Bisa karena keterbatasannya dalam hal kemampuan atensi (mungkin secara neurologisnya), sehingga mudah beralih perhatian, berganti topik pembicaraan, tidak menyimak, tidak fokus, atau mudah lupa. Bisa pula karena ia tidak berniat menaruh perhatian pada orang lain, cuek, tidak peduli, yang mungkin berkaitan dengan egosentrisme. Apa itu egosentris? Secara sederhana bisa diartikan bahwa seseorang memaknai sesuatu hanya melalui sudut pandangnya sendiri, berorientasi pada dirinya. Anak kecil umumnya masih egosentris, inginnya semua orang bisa memahami dirinya. Wajar, pada anak kecil.

Apa yang terjadi bila berkomunikasi dengan orang yang inatentif? Informasi yang ia terima bisa jadi tidak utuh, sepotong-sepotong. Bisa jadi, obrolan tidak nyambung. Bisa jadi juga, kita kesulitan mengikuti alur percakapan yang berubah tiba-tiba. Ia juga bisa keliru memaknakan situasi atau perkataan orang lain. Bagaimana jika berkomunikasi dengan orang yang egosentris? Maunya bicara tentang dirinya saja. Mungkin terkesan mudah tersinggung, karena ia mudah menarik segala hal untuk dikaitkan dengan dirinya dan subyektivitasnya, juga permasalahan-permasalahannya, kesulitannya, perasaannya, dunianya. Mungkin juga, ia tidak mau mendengarkan orang lain. Sulit menerima pendapat yang berbeda, atau pendapat orang lain dipandang salah olehnya, ya karena dia hanya melihat dari kacamatanya.

Apa jadinya kalau orang yang inatentif, ia juga egosentris? Terbayang situasi percakapannya? Belum lagi kalau pribadinya juga dominan, mungkin jengah rasanya mendengarkan dia. Malah ada yang pernah cerita bahwa ia banyak dimusuhi. Bisa jadi memang orang lain tidak menyukainya, atau ia yang merasa tidak disukai banyak orang. Kalau pribadinya cenderung inferior atau minder, mungkin melelahkan untuk meyakinkan dirinya bahwa ia tidak seburuk itu, bahwa dunia tidak sekejam itu pada dirinya.

Kalau ia inatentif, tetapi masih menunjukkan keterbukaan dan kepedulian (tidak egosentris), tampaknya orang lain masih bisa memaklumi keterbatasannya. Ia perlu menerima pesan secara berulang dan bertahap, agar bisa dipahami dengan utuh.

Bagaimana kalau ia hanya egosentris, tetapi bisa atentif? Dia bisa menyimak, memahami pesan, tetapi lalu sulit memandang persoalan dengan objektif. Meskipun ini agak jarang ditemukan, karena biasanya perhatian yang terpusat pada diri sendiri membuat seseorang sulit memperhatikan lingkungan di luar dirinya. Di sisi lain, ia mungkin saja menunjukkan perhatiannya pada lingkungan karena ada tuntutan, kebutuhan untuk dirinya, atau agar dipandang baik oleh orang lain.  

Kalau seseorang inatentif dan egosentris, lalu bagaimana supaya ia bisa berkomunikasi dengan efektif? Seseorang pernah mengatakan pada saya, kita belajar dan diajarkan untuk berbicara tetapi tidak belajar untuk mendengarkan. Ya, kita mendengar, tetapi bukan mendengarkan. Kita mendengar orang bicara sambil sibuk melihat hal lain, memikirkan jawaban atau pertanyaan berikutnya, memikirkan diri kita, dan lain-lain, dan sepertinya itu bukan mendengarkan. Memang betul-betul diperlukan kesadaran untuk bisa mengajak diri mendengarkan secara atentif. Untuk bisa menahan subjektivitas dan memberi ruang sehingga bisa menerima dan memahami pesan secara utuh. Untuk bisa memahami situasi dan sudut pandang orang lain.

Apakah hanya dengan mendengarkan? Ini opini pribadi saya saja, karena sepertinya itu cara paling sederhana yang bisa diupayakan. Tentu ada cara-cara lain untuk melatih kepekaan, atensi, empati. ‘Mendengarkan’ ini terdengar sederhana, tetapi bukan berarti cara yang mudah, karena saya sendiri masih jatuh bangun mempelajarinya. Jatuh tergelincir egoisme, emosi, dan lainnya. Tetapi manakala berhasil melakukannya, rasanya bersyukur sekali, bisa ada di momen itu secara penuh. Hm…bagaimana ya, menceritakannya. Penasaran? Silakan dicoba.