17 Maret 2020

kembali ke dalam


Pernah ada masanya manusia bergerak tanpa batas. Dimudahkan menyeberang kota, melintasi benua.

Oleh satu orang saja, bisa tercipta lima atau tujuh lebih perjalanan. Ia berkendara ke kantor, memesankan ikan bakar delivery untuk ibunya di rumah, memesankan mobil penjemput untuk anaknya, berbelanja minyak sayur secara online, mengirim paket buku yang dititip kawan di luar kota, kemudian memanfaatkan tiket promo penerbangan ke Bangkok esok lusa. Semua perjalanan ini bisa terjadi dalam waktu hampir bersamaan.

Andaikan kesibukan di atas terjadi dalam waktu satu jam pada satu orang, bayangkan mobilisasi yang terjadi dalam satu hari oleh katakanlah satu juta orang yang menempati satu kota. Lalu kita multiplikasi dengan jumlah kota sibuk yang ada di bumi ini.

Seperti semrawut? Mungkin.

Pernah ada masanya manusia bergerak tanpa batas, dalam pikirannya. Memikirkan ini itu, persiapan nanti dan kelak, mengingat yang sudah dan lampau, menghitung waktu yang segera dan harus. Semua pemikiran ini bisa terjadi dalam waktu hampir bersamaan. Belum lagi emosi yang menghentak, menarik, dan mengguncang. Bayangkan mobilisasi impuls saraf dalam otak manusia, kita.

Seperti berat, lelah, jenuh? Mungkin.

Pernah ada masanya manusia dibatasi ruang geraknya. Berdiam saja dulu, tunggu dulu, sabar dulu. Tunggulah di dalam. Ibarat penjinak bom, alam sedang mengurai, memilah, memutus kabel-kabel yang semrawut di luar sana. Mengutip tulisan seorang pastor di Wuhan yang beredar di grup media sosial beberapa hari lalu, “Semakin sedikit orang berada di jalan, hanya ada beberapa mobil yang berseliweran, udara semakin segar, kabut hilang, langit semakin cerah. Orang yang belum membaca selama bertahun-tahun akhirnya meraih buku di rumah. Orang tua berkomunikasi dengan anak-anak mereka.”

Pernah mendengar pandangan mikrokosmos dan makrokosmos? Dalam konteks hubungan manusia dan alam semesta, mikrokosmos adalah manusianya dan makrokosmos adalah alam, planet, bintang, galaksi (pembaca yang lebih paham, silakan mengoreksi saya). Keduanya memiliki koneksi yang erat sehingga apa yang terjadi di makrokosmos akan dirasakan dan berdampak pada mikrokosmos, begitu pula apa yang terjadi di mikrokosmos akan berdampak pada makrokosmos. Apa yang semrawut di luar, mungkin cerminan yang semrawut di dalam. Eckhart Tolle menyebutnya, "You are not IN the universe, you ARE the universe, an intrinsic part of it."

Pernah ada masanya manusia dibatasi sementara. Diajak untuk #dirumahaja. Ajakan yang bisa dimaknakan #kembalikedalam memeriksa, mengurai, memilah yang penting dan tak penting, memutus pikiran yang membebani, membenahi hal-hal yang selama ini ditunda, menghirup udara segar, memperhatikan yang sering terlewat begitu saja. Apa yang menyehatkan di alam mikro, menyehatkan di alam makro.