10 Juni 2015

Jujur

Syarat pertumbuhan adalah jujur pada diri sendiri. Barangkali ada syarat lainnya, tapi kali ini tentang jujur. Seperti pohon yang dengan jujur menghadapkan tubuhnya pada cahaya matahari, ia bertumbuh ke atas, atau menyamping, agar pucuk-pucuk pertamanya menerima hangat matahari. Bunga matahari tidak memalingkan wajahnya dari sang surya, sadar bahwa ia juga membutuhkan cerah yang lebih cerah dibandingkan cerah mahkotanya sendiri.


Guruku yang pertama menanyakannya kepada kami, “Mengapa, sih, harus jujur (pada diri sendiri)?”  dan yang kemudian menjawabnya pula.

“Jujur itu menandakan bahwa kita mau belajar. Saya sadar bahwa saya belum menguasainya,maka saya mempelajarinya lagi. Saya yang tidak jujur mungkin akan mengatakan,ah saya bisa kok, ini sepele, pokoknya seperti itu, kan…dsb, dsb.

Jujur menandakan bahwa kita bisa menerima masukan terhadap kesalahan. Saya dapat melihat kesalahan saya dan mengakuinya. Dengan demikian, saya mau berubah dan memperbaikinya.

Pada akhirnya, jujur membuat orang lain mau memberi masukan kepada saya. Orang lain mau ikut membantu pertumbuhan saya. Coba bayangkan seseorang yang tidak jujur pada dirinya, ia tidak menyadari kekurangannya, atau mungkin tidak mau melihat kekurangannya, sehingga tidak merasa perlu memperbaiki diri. Orang lain yang menyaksikannya akan berpikir bahwa memberi masukan padanya pun akan sia-sia. Untuk apa memberi saran, mungkin begitu pikir orang-orang yang semula berniat membantunya. Tidak jujur membuat kita kehilangan kesempatan memperoleh masukan dariorang lain.”

Mendengarkan uraian singkat padat ini membuatku hanya mampu diam. Untuk beberapa bulan lamanya pesan ini mengendap dalam benak. Tentu pesan ini tak boleh hanya diam tersimpan. Kini biar pesan ini bertumbuh pula dalam pribadi-pribadi yang menerimanya dengan jujur.

0 responses: